pada hari itu ada sebuah Rumah berdinding bambu itu adalah tempat terindah bagi Seno. Walau
kepergian ayahnya 2 tahun yang lalu menyisakan kesedihan yang mendalam
namun semangat hidupnya tetap membara. Ibunya yang menderita sakit
berkepanjangan tetap menyayangi anak satu-satunya yang masih duduk di
kelas 3 sekolah dasar. Seno adalah anak yang pantang menyerah, tekun
dalam belajar dan memiliki bakat terpendam sebagai seorang penulis.
Bakat menulis Seno adalah warisan dari mendiang ayahnya yang juga
seorang penulis cerita handal di negeri ini. Meskipun usia Seno masih
kecil, namun hasil karya tulis ceritanya telah mengisi beberapa rubrik
cerita di berbagai majalah dan surat kabar di daerahnya. Dan dari honor
menulis tersebut Seno bisa digunakan untuk membantu keuangan ibunya.
Setiap kali ibu Seno menerima uang honor menulis anaknya senantiasa
diiringi isak tangis karena bangga melihat anaknya yang masih kecil
namun sudah bisa berbakti kepada orang tuanya.
"Sudahlah, Seno. Kamu jangan terus menerus melakukan itu," kata
ibunya "Usiamu masih kecil. Kamu tidak pantas bersusah payah mencari
uang untuk ibumu."
"Hehehe...bu, Seno tidak merasa kecil. Seno merasa tidak capek.
Seno merasa tidak mencari uang untuk ibu. Seno merasa senang kok
menulis," jawab Seno sambil larut dalam pelukan ibunya.
"Lho, kamu ini bagaimana. Kan setiap hari kamu menulis lalu pergi
ke penerbit surat kabat dan majalah untuk menyerahkan tulisanmu. Dan
kamu dapat duit. Kan itu namanya kerja, anakku."
"Bu, kata ayah seorang penulis itu adalah orang yang bebas
seperti burung rajawali. Semakin dia mengepakkan sayapnya maka
terbangnya akan semakin tinggi. Nah, kalau sudah terbang tinggi maka dia
bisa bebas pergi kemana saja sambil bebas memilih jenis makanan yang
dia suka. Dan Seno ingin seperti burung Rajawali itu, ibu. Seno ingin
senantiasa mengepakkan sayap dengan memperbanyak latihan menulis dan
Seno ingin terbang tinggi sekali."
"Oh, anakku," bisik ibunya sambil memeluk erat-erat tubuh si
Seno. "Ternyata sifatmu seperti ayah yang senantiasa memiliki cita-cita
tinggi. Baiklah, ibu ikut mendukung cita-citamu, Nak. Tetapi, untuk hari
ini berhenti dulu menulis dan besok lanjutkan lagi, ya."
Kemudian Seno dan ibunya pergi tidur karena hari sudah larut malam.
***
Pagi hari, seperti biasa Seno pergi ke sekolah sambil berjalan
kaki. Sebenarnya letak sekolahnya cukup jauh. Namun Seno lebih senang
menuju sekolahnya dengan berjalan kaki sebab banyak ide-ide cerita yang
bisa dia dapatkan sepanjang perjalanan. Dan setiap ide cerita yang dia
dapatkan senantiasa ditulis dalam kertas seadanya agar tidak lupa dan
bisa dibaca kembali saat akan membikin cerita. Sebab kata ayahnya :
"Tangkaplah kupu-kupu ketika menghampirimu. Tulislah segera bila kita
dapat ide sebelum kita melupakannya"
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh....Selamat pagi
anak-anak," demikian kata Kepala Sekolah mengawali sambutan ketika
memimpin upacara bendera di sekolah Seno.
"Hari ini ada sebuah berita penting yang akan bapak sampaikan. Hari ini
kami Kepala Sekolah juga para Guru menyesal dan membuat kami terkejut.
Hal ini dikarenakan ulah salah satu murid sekolah kita. Beberapa hari
yang lalu Bapak didatangi oleh beberapa wartawan sehubungan dengan hal
ini. "
Dan betapa terkejutnya seluruh siswa mendengar pemberitahuan
kepala sekolah mereka. Sesama siswa saling pandang dan saling berbisik
untuk mengetahui maksud kepala sekolahnya. Mereka dihinggapi perasaan
takut bila hal ini menyangkut mereka karena mereka takut mendapat sanksi
dari sekolah.
"Coba dengarkan anak-anak. Langsung saja saya akan memanggil
salah seorang siswa yang bapak maksud. Ananda Seno silahkan maju ke
hadapan Bapak."
"Hah?!" seluruh siswa spontan mengarahkan pandangannya ke arah
Seno berdiri. Ada yang memandang penuh curita. Ada yang berprasangka
buruk. Ada yang mengolok-oloknya. "Dasar, anak miskin aja bikin ulah,
uh!" Bahkan ada yang belum mengetahui persolannya sudah menuduh hina :
"Rasain tuh. budak kecil sialan."
Kemudian si Seno melangkah menuju ke podium. Dia sama sekali
tidak takut menghadap kepala sekolah sebab selama ini ia tidak pernah
merasa bersalah baik di sekolah maupun dimana saja.
"Ayo mendekat di samping kanan Bapak, Seno," lanjut kepala
sekolah. "Coba kalian diam sebentar anak-anakku. Perlu kalian tahu Si
Seno ini telah membikin Kepala Sekolah dan para guru gemes, menyesal,
terkejut dan sekaligus kami dibuat bangga. Sebab apa? Beberapa hari yang
lalu kami didatangi beberapa wartawan untuk wawancara. Dan ternyata Si
Seno ini diam-diam telah membawa nama harum sekolah kita. Ya... Si Seno
ini diam-diam ternyata telah ikut mengukir tinta emas nama sekolah kita.
Walaupun dia masih kecil, ternyata dia memiliki bakat yang luar biasa.
Ternyata tanpa sepengetahuan sekolah ia telah mengikuti kejuaraan
menulis tingkat nasional. Dan dia dinobatkan menjadi juara utama
kategori anak.anak."
"Horeeee,,,,,horee.....hore.....hidup Seno...Hidup
Seno....Seno...Seno...Seno..!!!." demikian terdengar teriakan seluruh
peserta upacara pagi itu.
"Dan dalam beberapa hari lagi Bapak beserta beberapa guru, Seno
dan ibunya akan mendampingi dalam penyerahan hadiahnya. Dan perlu kalian
ketahui bahwa hadiah yang akan diperoleh Seno adalah uang pembinaan
sebesar Lima belas Juta Rupiah dan piala kejuaraan untuk Seno dan pihak
sekolah. Terima kasih Seno," kata Kepala Sekolah sambil menepuk-nepuk
pundak siswanya ini.
Tiada henti-hentinya seluruh teman si Seno berdecak kagum
terhadap prestasinya. Mereka tidak menyangka anak sekecil itu sudah
berprestasi ke tingkat nasional.
"Nah, Seno. Sekarang kamu coba ceritakan kesan dan pesanmu kepada
kita agar anak-anak yang lain ikut termotivasi mengikuti jejakmu," kata
kepala sekolah. Lalu si Seno maju ke depan sambil merendahkan posisi
mikrophone agar sejajar ke mulutnya.
"Bapak kepala sekolah, guru-guruku dan teman-temanku. Seno
mengucapkan terima kasih atas sambutan yang luar biasa. Sebenarnya Seno
cuma sekedar menyalurkan bakat saja dan mengikuti nasehat Bapak. Bapak
Seno berpesan Bila kita punya bakat maka asahlah, bekerja keraslah,
tekunlah berusaha untuk mengasah bakat kita. Bagaikan burung Rajawali
bila dia tekun mengepakkan sayapnya maka akan bisa mencapai tempat yang
tinggi. Penulis adalah sebuah profesi yang tidak mengenal batas umur,
agama, ras dan semua orang berhak serta bebas menapaki profesi lewat
penulisan ini. Seorang penulis akan senantiasa memanfaatkan waktunya
untuk kegiatan yang positif seperti membaca dan menuliskannya dalam
karya tulis apa saja. Dan keuntungan selanjutnya, dari hasil menulis
kita akan mendapatkan uang untuk biaya sekolah kita. Demikian Bapak
Kepala sekolah, guru-guru serta teman-temanku"
Bapak kepala sekolah, guru-guru dan seluruh siswa tidak menyangka
kalau seorang penulis cilik seusia Seno ternyata sudah memiliki wawasan
yang luas. Mereka semakin bangga terhadap Seno meskipun si Seno
tergolong anak yang miskin namun ternyata kaya akan wawasan jauh
melebihi teman-teman seusianya.
Dan setelah upacara usai, maka spontan seluruh guru dan siswa
saling berebutan ingin menyalami si Seno yang sekarang terkenal dengan
sebutan SI PENULIS CILIK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar